Bab 1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang......................................................................................... 2
Bab 2 Pembahasan
2.1
Ekologi..................................................................................................... 3
2.2
Penyakit yang disebabkan........................................................................ 3
2.3
Parasit Trypanosomiasis & morfologi...................................................... 4
2.4
Pengobatan & Pencegahan...................................................................... 7
Bab 3 Penutup
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 9
LALAT TSETSE
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tsetse adalah lalat berukuran
cukup besar dan berasal dari Afrika yang hidup dengan cara mengisap darah dari
binatang bertulang belakang (vertebrata). Tsetse meliputi seluruh lalat dari
genus Glossina dari famili Glossinidae.
Tsetse adalah carrier (pembawa)
bagi parasit Trypanosomiasis, jadi Tsetse tidak menghasilkan racun dan tidak
berbahaya sebelum ia sendiri tertular Trypanosomiasis. Lalat ini suka menghisap
darah, apabila darah korbannya telah terinfeksi Trypanosomiasis maka Tsetse akan
tertular parasit tersebut dan dapat menyebarkan ke korban-korban berikutnya
yang dihisap darahnya, karena air liur dari lalat ini ikut masuk kedalam lubang
gigitan saat ia menghisap darah.
Bab 2 Pembahasan
2.1 Ekologi
Tsetse berpenampakan mirip lalat rumah
tapi bisa dibedakan dari karakter anatomi mereka. Tsetse melipat sayap
sepenuhnya pada saat tidak terbang sehingga sayap yang satu tertumpuk di atas
sayap lain menutupi perut mereka.
Tsetse hidup di daerah berair
seperti danau, rawa, dan juga wilayah hutan atau padang rumput yang lembab.
Masa hidupnya adalah sekitar 30 hingga 90 hari, namun dalam masa hidupnya yang
pendek itu Tsetse dapat menyebarkan petaka pada banyak korbannya. Diperkirakan
hampir 300 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat parasit Trypanosomiasis,
akibat kurangnya obat-obatan dan keterlambatan diagnosa.
2.2
Penyakit yang disebabkan
Lalat tsetse menggigit manusia /
hewan vertebrata biasanya pada siang hari. Trypanosomiasis Gambia adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Trypanosoma gambiense pada lalat saat
menggigit. Penyakit ini disebut juga West African Trypanosomiasis atau West
African Sleeping Sickness
Parasit ini pertama sekali
ditemukan oleh Forde, pada tahun 1901, melalui pemeriksaan darah dari seorang
pasien di Gambia, Afrika barat. Castellani (1903) juga menemukan parasit jenis
yang sama pada pemeriksaan cairan serebrospinal pada pasien yang berbeda, dan
oleh Dutton (1902) parasit tersebut diberi nama Trypanosoma gambiense.
2.3
Parasit Trypanosomiasis
& morfologi
Trypanosoma gambiense merupakan
protozoa berflagella yang hidup dalam darah (Haemoflagellates) dan
dikelompokkan dalam family Trypanosomidae. Lalat tsetse, jantan dan betina,
bertindak sebagai penyebab pambawa parasit ini, terutama Glossina palpalis. Lalat
ini mempunyai jangkauan terbang sampai mencapai 3 mil.
Parasit Trypanosomiasis dapat
menyebabkan demam, migrain dan menimbulkan kantuk yang luar biasa. Korban dapat
tertidur (biasanya disebut Sleeping Sickness), dan bila tidak segera
disembuhkan maka korbannya tidak akan pernah bangun lagi (meninggal). Binatang
ataupun manusia dapat terinfeksi parasit ini dan juga dapat saling menularkan
dengan perantara Tsetse.
Secara umum parasit Trypanosomiasis
mempunyai 4 bentuk (morfologi) yang berbeda, yaitu :
1.
Bentuk Amastigot (Leismanial form)
Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta tidak mempunyai flagela. Bersifat intraseluler. Besarnya 2-3 mikron
Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta tidak mempunyai flagela. Bersifat intraseluler. Besarnya 2-3 mikron
2.
Bentuk Promastigot (Leptomonas form)
Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai membran bergelombang, ukurannya 15 mikron.
Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai membran bergelombang, ukurannya 15 mikron.
3.
Bentuk Epimastigot (Critidial form)
Bentuknya memanjang dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di tengah mempunyai membran bergelombang pendek yang menghubungkan flagela dengan tubuh parasit, ukurannya 15-25 mikron.
Bentuknya memanjang dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di tengah mempunyai membran bergelombang pendek yang menghubungkan flagela dengan tubuh parasit, ukurannya 15-25 mikron.
4.
Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form)
Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat ujung posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva membran bergelombang, ukurannya 20-30 mikron.
Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki beberapa bentuk yang berbeda, yaitu :
Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat ujung posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva membran bergelombang, ukurannya 20-30 mikron.
Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki beberapa bentuk yang berbeda, yaitu :
o
Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagella
o
Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak
berflagela
Bentuk intermediet dengan inti
terkadang ditemukan di posterior. Trypanosoma gambiense mengalami perubahan
bentuk morfologi selama siklus hidupnya. Pleomorfik trypanosoma, yang merupakan
bentuk infektif, akan terhisap bersama darah , saat lalat tsetse menggigit
penderita. Parasit akan masuk ke dalam saluran pencernaan korban dan mengalami
beberapa kali perubahan bentuk dan multiflikasi. Dalam waktu 3 minggu, parasit
akan berubah menjadi bentuk Epimastigot.
Bentuk Epimastigot juga mengalami
perubahan menjadi bentuk metacyclic form dan memenuhi kelenjar air liur lalat.
Metacyclic form merupakan bentuk infektif pada vektor dan siap untuk ditularkan
ke korban selanjutnya. Waktu yang diperlukan parasit ini untuk berkembang menjadi
bentuk infektif dalam tubuh vektor adalah 20-30 hari. Lalat yang mengandung
bentuk infektif ini akan tetap infektif seumur hidupnya.
2.4
Pengobatan &
Pencegahan
Saat ini Suramin diberikan bagi
pasien yang terdiagnosa dini, Eflornithine atau Pentamidine pada penderita yang
agak lambat terdiagnosa, Melarsoprol diberikan bagi pasien yang telah
terinfeksi lebih parah, namun makin lama pasien terdiagnosa dan tertolong,
makin kecil pulalah peluang untuk selamat.
Cara pencegahan yang utama adalah
tentu saja berusaha agar tidak tergigit oleh Tsetse, hindari wilayah yang
merupakan habitat Tsetse, kemudian berusaha agar tubuh senantiasa fit dan
sehat, Trypanosomiasis secara natural dapat terbasmi oleh kekebalan tubuh yang
baik. Celakanya korban gigitan baik yang selamat karena memiliki kekebalan
tubuh yang baik atau yang berhasil diobatipun telah menjadi carrier bagi
Trypanosomiasis, sehingga berpotensi menularkan penyakitnya melalui transfusi
atau perantara Tsetse.
Bab 3 Penutup
Demikianlah makalah ini kami
susun dengan seksama dengan mengumpulkan data dari berbagai media. Mungkin
malakah ini masih jauh dari kata sempurna, namun kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun agar nantinya kami akan lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah berikutnya.
Sekian kami ucapkan terima kasih
atas bimbingan dosen pengajar yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi
Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Hiswani. 2003. Toxoplasmosis Penyakit Zoonosis yang
Perlu Diwaspadai oleh Ibu Hamil.
Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan
ke Manusia. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar